
Rahayu
Suatu waktu, saya dibuat menangis oleh Pramoedya Ananta Toer.
Novel Bumi Manusia karya Pram saya baca dalam satu malam. Tepat azan subuh, air mata saya berderai.
Annelies Mellema yang merupakan anak seorang perempuan pribumi bernama Nyi Ontosoroh dan Herman Mellema seorang Belanda harus pulang ke Belanda atas perintah pengadilan.
Minke, pribumi yang menikahi Annelies Mellema secara agama, kalah oleh gugatan keluarga Herman Mellema di pengadilan Hindia Belanda.
Nyai Ontosoroh dan Minke kalah.
Dalam kekalahan itu, nyai Ontosoroh sempat bilang:
Kita telah melawan Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
PRAMOEDYA ANANTA TOER
Kekalahan Nyai Ontosoroh dan Minke, adalah kekalahan pribumi.
Yang paling saya ingat adalah kalimat:
Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.
Kalimat itulah yang melatarbelakangi saya menulis blog ini.
Sukman Ibrahim
Nama saya Sukman Ibrahim. Asli orang desa. Sehari-hari bekerja sebagai junjang. Mengabdi kepada masyarakat desa di mana saya hidup.
Seorang introvert akut, dan lebih banyak berteman dengan novel.
Saya sedang gandrung membaca sastra klasik, sambil kerap mendengarkan hentakan drum irama blues. Kadang campur sari, pop jadul, calung Banyumasan, dan tentu tidak termasuk musik koplo.
Melalui blog ini saya hanya ingin berbagi cerita tentang pengalaman, gagasan, buah pikir, ide-ide tentang desa, dan tentu menulis ringkasan novel yang say abaca sebagai pengingat.
Saya suka berteman dengan siapapun. Karena itu, mari kita berteman.