Sahabat Sejatiku Itu Bernama Buku

Jangan berjalan di belakangku karena aku tidak akan memimpinmu.

Jangan berjalan di depanku karena aku tidak akan mengikutimu.

Berjalanlah di sisiku sebagai sahabatku.

Demikian kata Albert Camus, sastrawan sekaligus filsuf dari negeri Le Coq Gaulois.

Albert Camus sedang bisara soal persahabatan, dan kesetaraan. Baginya, sahabat itu bukan di depan atau di belakang, melainkan beriringan.

Berjalan berdampingan, merasakan bahagia, dan sengasara bersama-sama.

Persahabatan

Hari ini—dipungkiri atau tidak—persahabatan sarat dengan syarat. Dipenuhi dengan standar tertentu yang membuat kita tidak boleh bersahabat dengan orang atau kelompok tertentu.

Gen-Z misalnya bilang, kamu harus punya iPhone kalau mau masuk sirkel kita. Artinya, kalau kamu mau jadi sahabat kita, kamu harus punya iPhone.

Masalahnya, iPhone itu tidak bisa dimiliki setiap orang. Smart phone mahal, yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang berduit, dan menjadi identitas persahabatan.   

Bagi saya, persahabatan seperti itu sangat menjijikan. Mengutip Fourtwnty, ini gila, tak masuk logika.

Persahabatan, sejatinya harus didasari atas kemanusiaan. Sebab kita semua adalah manusia. Punya hak hidup bersama, dan saling berdampingan di atas muka bumi ini.

Betul kata Praoedya Ananta Toer, hidup sungguh sangat sederhana, yang hebat-hebat hanya tafsirannya.

Kita sendirilah—kita yang punya iPhone, kita yang punya jabatan, kita yang punya status sosial—yang menyempitkan tafsir tentang hidup dan persahabatan.

Akibatnya, aku lebih memilih buku untuk dijadikan sahabat yang sebenarnya, ketimbang memilih manusia.

Buku

Meski benda mati, buku dapat bicara.

Buku dapat menasehati kita. Pun sebaliknya.

Buku bisa berdialog dengan kita. Buku berkisah masa lalu, bercerita tentang masa depan.

Buku tidak menyaratkan status sosial untuk menjadi sahabatnya. Buku tidak membatasi diri untuk menjadi sahabat bagi segenap umat manusia.

Itulah alasanku bersahabat dengan buku.

Buku tidak meminta saya untuk berjalan di depan atau di belakang. Buku memintaku untuk berjalan di sampingnya sebagai sahabat.

Bagikan Tulisan Ini Yuk?

Eksplorasi konten lain dari Sukman Ibrahim

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.